St. Petersburg, kota terbesar kedua di Rusia setelah Moskow, memiliki sejarah panjang dan kaya yang terjalin erat dengan perjalanan negara tersebut. Pernah menjadi ibu kota Rusia selama lebih dari dua abad (1730-1917), kota ini menyimpan jejak penting dalam sejarah dan kebudayaan Rusia.
Berdiri pada tahun 1703 atas perintah Tsar Peter I, atau Peter the Great, St. Petersburg dirancang sebagai “jendela Rusia ke Eropa”. Peter the Great memindahkan ibu kota dari Moskow ke St. Petersburg pada tahun 1712, menjadikan kota tepi Sungai Neva ini sebagai pusat politik, seni, dan kebudayaan yang berpengaruh.
Sebagai simbol ambisi modernisasi Rusia, St. Petersburg berkembang pesat menjadi kota metropolitan yang megah. Namun, perannya sebagai ibu kota berakhir pada tahun 1918 ketika Vladimir Lenin memindahkannya kembali ke Moskow. Setelah kematian Lenin pada 1924, kota ini berganti nama menjadi Leningrad, sebuah nama yang bertahan hingga runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991.
Setelah runtuhnya Uni Soviet, nama St. Petersburg dipulihkan, menandai kembalinya identitas sejarah kota ini. Pada tahun 2003, St. Petersburg merayakan ulang tahun ke-300 dengan perombakan besar-besaran. Kini, kota kelahiran Presiden Vladimir Putin ini dihuni oleh sekitar 1,5 juta penduduk, menjadikannya salah satu kota terbesar di Rusia.
Salah satu warisan Peter the Great yang masih berdiri megah hingga kini adalah Istana Musim Panas (Summer Palace of Peter the Great), yang telah ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. kumparan berkesempatan menyaksikan langsung keindahan istana berwarna putih dengan halaman luas yang dialiri Sungai Fontanka, cabang dari Sungai Neva, saat meliput kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia.
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia dijadwalkan pada Rabu, 18 Juni (waktu Rusia). Rangkaian kegiatan bilateral bersama Presiden Putin akan ditutup dengan pidato Presiden Prabowo pada St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025, sebuah forum ekonomi bergengsi di Rusia.
