Suka Duka Kak Pandu Mendaki Gunung di Bali, Pernah Selamatkan Pendaki Prancis

Suka Duka Kak Pandu Mendaki Gunung di Bali, Pernah Selamatkan Pendaki Prancis

DENPASAR, KOMPAS.com – Mendaki gunung, bagi I Made Arsa Pandu Wirawan (54), bukan hanya sekadar aktivitas di alam terbuka.

Namun lebih dari itu, sebuah momen untuk belajar, mengisi diri, sekaligus menjalankan misi kemanusiaan.

Laki-laki yang kerap disapa Kak Pandu ini pertama kali mulai mendaki gunung pada 2017.

Saat itu dia diajak oleh teman-temannya dari Komunitas Radio Amatir untuk memasang antena radio di puncak Gunung Puwun atau sekarang disebut Gunung Pohen di Kabupaten Tabanan, Bali.

Baca juga: Pendaki Ilegal Gunung Gede Pangrango akan di-Blacklist dan Denda 5 Kali Lipat

Sejak saat itu, berbagai petualangan dilaluinya.

Kini hampir semua gunung di Bali pernah dia jelajahi hingga ke puncak.

Termasuk sejumlah gunung di Pulau Jawa dan Lombok.

“Pengalaman yang paling menegangkan yang pernah saya alami ketika saya terkena badai angin di puncak sejati Gunung Agung,” tutur Kak Pandu, Rabu (2/7/2025).

Baca juga: Pendaki Pemula Disarankan Tidak Naik ke Rinjani

“Angin kencang dan kabut tebal sehingga kami gak berani berdiri dan berjalan waktu itu. Turunnya terpaksa kami merangkak demi keamanan,” imbuhnya.

Kak Pandu yang lahir pada 3 Maret 1971 dan tinggal di Mengwi, juga bekerja sebagai pemandu.

Bahkan dalam sebuah pendakian, dia pernah melakukan penyelamatan terhadap turis asal Prancis.

“Waktu itu kita mendaki Gunung Agung melalui jalur Pura Pasar Agung ke puncak sejati. Para pendaki menyebutnya jalur melipir. Saat itu ada sepasang pendaki bule dari Perancis, naik tidak pakai guide, tapi mereka nempel sama tamu lain yang pakai guide,” terangnya.

Baca juga: 4 Pendaki Tersesat di Gunung Batukaru Tabanan, Basarnas Lakukan Pencarian

Turis asal Prancis tersebut kemudian mendahului rombongan Kak Pandu.

Namun akhirnya mereka bertemu di Puncak Sejati Gunung Agung.

Kak Pandu menceritakan, setelah lama mengobrol dengan teman-temannya, turis Perancis tersebut pamit turun duluan.

Tapi guide dan tamu yang mereka ikuti sudah turun duluan.

Rupanya saat turun, mereka keliru membaca tanda-tansa jalur.

Mereka mengambil ke jalur yang salah dan menemukan jalan buntu.

“Beruntung ketika kami turun, kami dengar teriakan mereka minta tolong di kejauhan. Saya dengan berbekal sisa makanan dan minuman, cari mereka turun ke lembah dan naik lagi ke punggung gunung sebelah tempat mereka menunggu pertolongan,” kata dia.

Baca juga: Jalur Puncak Gunung Muria Masih Ditutup, Pendaki Hanya Boleh Sampai Pos 6

“Mereka kehabisan makanan dan minuman. Yang cewek badannya penuh luka akibat jatuh beberapa kali dan badan lemas karena dehidrasi”.

“Syukur waktu itu kami temukan mereka selamat. Di Gunung Batukaru juga pernah mencari pendaki yang tersesat malam-malam lewat jalur pendakian pura Luhur Petali Jatiluwih,” ujar Kak Pandu.

Mengingat banyaknya kecelakaan di gunung, yang juga melibatkan wisatawan asing, Kak Pandu selalu menekankan untuk mengutamakan keselamatan.

Dia menjelaskan ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat pendakian.

Baca juga: Kementerian Pariwisata Bakal Ikut Evaluasi Standar Keselamatan Pasca-pendaki Brasil Jatuh di Gunung Rinjani

Pertama, lengkapi diri dengan informasi tentang gunung dan jalur yang ingin dikunjungi.

Salah satunya, bisa mencari referensi di Google atau YouTube.

“Atau ajak teman yang sudah pernah ke sana, atau kita cari guide. Kedua, peralatan keselamatan seperti mantel atau jas hujan, jaket anti air dan anti angin. Kotak P3K, dan logistik lainnya”.

“Makanan, minuman dan camilan yang cukup. Kalau mau ngecamp, ada lagi peralatan tambahan yang harus dibawa,” terangnya.