Rahasia Islandia: Negara Paling Damai di Dunia?

Rahasia Islandia: Negara Paling Damai di Dunia?

tinomaria.com – Jakarta – Dunia semakin tidak aman. Institute for Economics & Peace (IEP) merilis Global Peace Index 2025, mengungkapkan penurunan drastis perdamaian global dibandingkan tahun sebelumnya. Laporan ini bahkan menunjukkan dunia tengah mengalami pergeseran fundamental tatanan global.

Data IEP menunjukkan peningkatan signifikan konflik berskala negara. Tercatat 59 konflik aktif, angka tertinggi sejak berakhirnya Perang Dunia II. Lebih mengejutkan lagi, sekitar 100 negara mengalami penurunan tingkat perdamaian dibandingkan satu dekade lalu. Indeks ini diukur berdasarkan indikator perdamaian internal, seperti tingkat kejahatan kekerasan, pembunuhan, dan demonstrasi, serta indikator eksternal seperti pengeluaran militer, jumlah senjata nuklir, dan hubungan antar negara.

Islandia Kembali Bertahta sebagai Negara Paling Damai

Untuk tahun 2025, Islandia mempertahankan posisinya sebagai negara paling damai di dunia, sebuah gelar yang telah mereka raih sejak 2008. Irlandia menempati peringkat kedua, diikuti oleh Selandia Baru, Austria, dan Swiss yang melengkapi lima besar negara paling damai. Singapura berada di peringkat keenam, dengan negara-negara Eropa seperti Portugal, Denmark, Slovenia, dan Finlandia mengisi peringkat sepuluh besar.

Rusia Dinobatkan sebagai Negara Paling Tidak Damai

Di sisi lain, Rusia dinobatkan sebagai negara paling tidak damai di dunia. Ukraina, Sudan, Republik Demokratik Kongo, dan Yaman melengkapi daftar lima negara terbawah dalam indeks ini.

Eropa Barat dan Tengah, yang selama ini dikenal sebagai kawasan paling damai, kini mengalami transformasi signifikan dalam lingkungan keamanan. Invasi Rusia ke Ukraina dan berkurangnya fokus strategis Amerika Serikat di Eropa telah memaksa negara-negara Eropa mengalokasikan lebih banyak dana untuk militer, mengorbankan sektor seperti pendidikan dan kesehatan. “Ancaman Rusia nyata dan tidak ada satu pun negara Eropa yang mendekati kemampuan militer Rusia,” tegas para peneliti IEP, seperti dikutip Daily Mail.

Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara tetap menjadi wilayah paling tidak damai. Afrika Sub-Sahara, khususnya, mencatat angka yang mengkhawatirkan: 35 dari 43 negara di kawasan ini terlibat dalam konflik dalam lima tahun terakhir. IEP mengidentifikasi Kashmir, Sudan Selatan, Ethiopia dan Eritrea, Republik Demokratik Kongo, dan Suriah sebagai kawasan dengan risiko tinggi untuk meletus menjadi perang besar.

Amerika Selatan Menunjukkan Peningkatan

Satu-satunya wilayah yang menunjukkan peningkatan skor perdamaian adalah Amerika Selatan. Laporan ini juga mencatat peningkatan jumlah negara di kawasan ini yang memiliki pengaruh global. Sebanyak 34 negara dianggap memiliki pengaruh geopolitik signifikan di setidaknya satu negara lain, peningkatan drastis dibandingkan era pasca-Perang Dingin di mana hanya 13 negara yang memiliki pengaruh sebesar itu.

Cina mengalami peningkatan pengaruh terbesar sejak Perang Dingin, namun Arab Saudi, Turki, India, Uni Emirat Arab, Israel, Afrika Selatan, Brasil, dan Indonesia juga tercatat sebagai kekuatan regional yang berpengaruh.

Steve Killelea, pendiri dan CEO IEP, menyoroti titik kritis yang dihadapi dunia saat ini. Meningkatnya kekuatan negara-negara menengah, persaingan antar kekuatan besar, dan beban utang yang tidak berkelanjutan di negara-negara rapuh mendorong penataan ulang fundamental tatanan internasional. “Ini mengarah pada penataan ulang fundamental dan kemungkinan titik kritis menuju tatanan internasional baru, yang sifatnya masih belum dapat dipahami,” ungkapnya.