Kursi Pesawat Teraman: Tempat Duduk Mana yang Paling Aman?

Kursi Pesawat Teraman:  Tempat Duduk Mana yang Paling Aman?


tinomaria.com – Kecelakaan pesawat Air India di Ahmedabad, India pada Kamis, 12 Juni 2025, meninggalkan duka mendalam. Namun di tengah tragedi yang merenggut nyawa 265 penumpang, muncul kisah yang menghebohkan: Vishwash Kumar Ramesh (40), satu-satunya penumpang yang selamat dari musibah tersebut.

Ramesh, yang duduk di kursi 11A—tepat di samping pintu darurat—menjadi saksi bisu peristiwa nahas itu. Ia mengalami luka serius di dada, mata, dan kaki, namun berhasil bertahan hidup. Kepada media lokal, Ramesh menceritakan mendengar suara keras sesaat setelah pesawat lepas landas. Saat ini, ia tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit, namun kondisinya dilaporkan sadar.

Kisah penyelamatannya ini kembali memicu perdebatan tentang kursi mana yang paling aman di dalam pesawat. Ironisnya, jauh sebelum tragedi Air India, surat kabar Inggris The Sun (15 Desember 2024) menyarankan menghindari kursi 11A. Artikel tersebut, yang mengutip mantan pramugari American Airlines, mengungkapkan beberapa alasannya. Pertama, penumpang di kursi 11A seringkali menjadi yang terakhir keluar saat proses deboarding karena posisi duduknya yang mengharuskan menunggu penumpang lain berdiri terlebih dahulu. Kedua, penumpang di baris tersebut seringkali hanya mendapatkan sisa pilihan makanan dan minuman.

Namun, kenyataan berkata lain dalam kasus Ramesh. Kisah hidupnya membuktikan bahwa keselamatan dalam situasi darurat sangat bergantung pada banyak faktor, bukan hanya posisi duduk semata.

Lalu, di mana posisi duduk paling aman sebenarnya? Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (APJAP), Alvin Lie, menjelaskan bahwa secara statistik, kursi di bagian belakang pesawat memiliki tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan bagian tengah atau depan. Bagian depan pesawat, yang didesain lebih berat untuk menjaga stabilitas, seringkali menjadi titik benturan pertama saat terjadi kecelakaan. Hal ini juga menjadi alasan kotak hitam selalu diletakkan di ekor pesawat.

Analisis kecelakaan pesawat komersial di AS (1971-2007) yang dilakukan oleh ahli mekanik Amerika Serikat pada 2007 menunjukkan penumpang di bagian belakang memiliki peluang bertahan hidup 69 persen, lebih tinggi dibandingkan penumpang di bagian tengah (56 persen) dan depan (49 persen). Data serupa juga diperkuat oleh investigasi FAA yang dimuat di Time Magazine (2015), dengan tingkat kematian penumpang di bagian ekor sebesar 32 persen, lebih rendah daripada bagian tengah (39 persen) dan depan (38 persen). Meskipun demikian, Alvin Lie menekankan bahwa faktor penentu keselamatan sangat bergantung pada posisi dan sudut benturan pesawat saat kecelakaan terjadi.

Selain posisi duduk, kesiapan penumpang dalam menghadapi situasi darurat juga krusial. Alvin Lie mengingatkan pentingnya memperhatikan demonstrasi keselamatan dari awak kabin sebelum lepas landas, mengenali letak pintu darurat terdekat, dan menghitung jarak baris tempat duduk ke pintu darurat. Menggunakan sabuk pengaman selama penerbangan dan membaca kartu keselamatan (safety card) juga sangat penting untuk meminimalisir risiko cedera.

Terlepas dari tragedi yang terjadi, Alvin Lie menegaskan bahwa penerbangan tetap menjadi moda transportasi paling aman di dunia. Data International Air Transport Association (IATA) pada 2023 menunjukkan tingkat kecelakaan penerbangan global sebesar 0,80 per satu juta penerbangan, atau satu kecelakaan setiap 1,26 juta penerbangan. Risiko kematian akibat kecelakaan juga terus menurun, dari 0,11 pada 2022 menjadi 0,03 pada 2023. Dengan angka tersebut, seseorang perlu terbang setiap hari selama 103.239 tahun untuk mengalami satu kecelakaan fatal.

(Sumber: KOMPAS.com/Chella Defa Anjelina | Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh)