China Tanam Chip Otak: Saingi AS dalam Teknologi Canggih

China Tanam Chip Otak: Saingi AS dalam Teknologi Canggih

tinomaria.com – China berhasil membuat gebrakan di dunia teknologi implan otak. Negara ini menjadi negara kedua setelah Amerika Serikat yang sukses menanamkan chip ke dalam otak manusia, memungkinkan penggunanya mengendalikan perangkat elektronik hanya dengan pikiran. Ini menandai lompatan signifikan dalam pengembangan Brain-Computer Interface (BCI).

Uji coba revolusioner ini dilakukan pada seorang pasien berusia 37 tahun yang mengalami kehilangan keempat anggota tubuhnya akibat kecelakaan 13 tahun lalu. Pada 25 Maret 2025, pasien tersebut menerima implan chip canggih. Hasilnya sungguh mencengangkan. Tiga minggu pasca operasi, pasien tersebut sudah mampu mengendalikan komputer dan memainkan gim video hanya dengan kekuatan pikirannya. “Sekarang saya dapat mengendalikan komputer dengan pikiran saya. Rasanya seperti saya dapat bergerak sesuka hati,” ungkap pasien yang identitasnya dirahasiakan, seperti dikutip KompasTekno dari Tomshardware, Rabu (18/6/2025).

Percobaan ini merupakan bagian dari uji klinis untuk perangkat BCI pertama buatan China yang dilakukan di Center for Excellence in Brain Science and Intelligence Technology (CEBSIT), sebuah lembaga riset di bawah naungan Chinese Academy of Sciences yang berlokasi di Shanghai. Teknologi BCI sendiri memungkinkan komunikasi langsung antara otak manusia dan perangkat komputer atau mesin tanpa melalui jalur saraf dan otot perifer.

Proses penanaman chip melibatkan penempatan elektroda saraf berukuran mikro ke dalam otak pasien melalui sayatan kecil pada tengkorak. Elektroda ini mendeteksi dan membaca aktivitas saraf, yang kemudian diterjemahkan oleh komputer menjadi instruksi digital untuk mengendalikan perangkat.

Salah satu keunggulan chip BCI buatan CEBSIT terletak pada ukuran dan fleksibilitasnya. Klaim CEBSIT menyebutkan bahwa elektroda pada chip mereka jauh lebih kecil dan fleksibel dibandingkan dengan chip BCI terbaru milik Neuralink, perusahaan milik Elon Musk. Dengan diameter 26 mm dan ketebalan kurang dari 6 mm, chip ini memiliki luas penampang hanya seperlima hingga seperenam dari kompetitornya, serta fleksibilitas yang diklaim 100 kali lebih baik. “Elektroda tersebut sangat lunak sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menekuknya sebanding dengan gaya interaksi antara dua neuron di otak,” jelas Zhao Zhengtuo, salah satu peneliti CEBSIT. Ukuran dan fleksibilitas ini meminimalkan risiko kerusakan jaringan otak dan memastikan kenyamanan pasien.

CEBSIT menargetkan pemasaran chip BCI ini secara luas pada tahun 2028, setelah memperoleh persetujuan regulasi dari pemerintah China. Chip ini ditujukan sebagai perangkat medis untuk pasien dengan cedera tulang belakang, amputasi tungkai atas bilateral, dan sklerosis lateral amiotrofik (ALS). Lebih lanjut, tim peneliti juga tengah mengembangkan chip serupa untuk mengendalikan lengan robotik atau agen kecerdasan buatan (AI).

Keberhasilan China dalam mengembangkan teknologi BCI invasif ini mengikuti jejak Amerika Serikat, khususnya Neuralink. Neuralink juga tengah melakukan uji coba chip BCI pada pasien quadriplegia (lumpuh keempat anggota tubuh). Elon Musk, CEO Neuralink, bahkan berambisi untuk menggunakan teknologi ini secara luas di masa depan untuk “menyatukan” manusia dengan kecerdasan buatan (AI). “Jika semuanya berjalan lancar, akan ada ratusan orang dengan Neuralinks dalam beberapa tahun, mungkin puluhan ribu dalam lima tahun, jutaan dalam 10 tahun,” kata Musk, seperti dikutip KompasTekno dari The Independent, Kamis (19/6/2025).

Baca juga: Chatbot AI ChatGPT Ditanamkan ke Otak lewat Sebuah Chip

Baca juga: Mark Zuckerberg Ingin Bangun AGI, AI yang Tiru Otak Manusia