Mark Cuban: AI Bisa Lahirkan Orang dengan Kekayaan Satu Triliun Dollar AS Pertama

Mark Cuban: AI Bisa Lahirkan Orang dengan Kekayaan Satu Triliun Dollar AS Pertama

tinomaria.com – Pengusaha sekaligus investor teknologi asal Amerika Serikat, Mark Cuban, memprediksi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) akan membawa perubahan besar dalam penciptaan kekayaan global.

Ia bahkan yakin AI akan melahirkan manusia pertama di dunia dengan kekayaan lebih dari satu triliun dollar AS, atau setara lebih dari Rp 16.186 triliun (1 dollar AS = Rp 16.186,49).

Cuban menyampaikan prediksi itu dalam episode terbaru podcast High Performance.

Menurut dia, orang yang berhasil menjadi triliuner bukan berasal dari perusahaan besar, melainkan bisa saja seseorang yang bekerja sendiri dan berhasil menemukan cara paling jitu memanfaatkan AI.

“Kita belum melihat yang terbaik, atau yang paling gila, dari apa yang bisa dilakukan AI,” ujar Cuban yang juga dikenal sebagai mantan juri program Shark Tank, seperti dilansir CNBC.

“Saya pikir bukan hanya akan ada triliuner, tapi bisa jadi hanya satu orang di ruang bawah tanah. Segila itu kemungkinannya,” sebutnya.

Baca juga: Mark Cuban Pamit dari Shark Tank, Bawa Pulang Portofolio Rp 4,1 Triliun

AI Masih di Tahap Awal

Cuban menilai kemampuan AI saat ini baru memasuki tahap “pra-produksi”. Seperti halnya perkembangan komputer pribadi (PC) dan internet di masa awal, banyak orang belum memahami potensi penuhnya.

“Ingat waktu awal komputer pribadi, orang berkata, ‘Saya tidak butuh itu. Apa gunanya internet?’ Lalu muncul ponsel pintar. Kini kita tidak bisa hidup tanpanya,” kata pria berusia 66 tahun itu.

“Hal yang sama akan terjadi dengan AI. Orang-orang akan menghasilkan banyak uang,” sambungnya.

Contohnya sudah mulai terlihat. Di perusahaan makanan cepat saji Chipotle, penggunaan perangkat AI berhasil memangkas waktu proses rekrutmen hingga 75 persen, kata Chief Operating Officer Chipotle, Scott Boatwright, kepada majalah Fortune awal Juni lalu.

Di level individu, AI kini digunakan untuk membuat jadwal harian, daftar tugas, hingga menjadi teman virtual untuk berdiskusi atau menenangkan diri.

Baca juga: Kisah Miliarder Mark Cuban, Disebut Gila Saat Merintis Bisnis Streaming

Bukan Terminator, tapi Tetap Berisiko

Meski optimistis, Cuban menekankan AI tidak akan menjadi seperti dalam film Terminator, yakni mesin yang lebih cerdas dan berbahaya dari manusia. Namun, ia mengakui ada potensi penyalahgunaan.

“Ada yang memanfaatkannya untuk penipuan, penyebaran berita bohong, hingga serangan siber,” ujarnya.

Selain itu, penggunaan AI dalam industri juga berdampak pada pasar kerja. Perusahaan seperti Shopify dan Fiverr mendorong karyawan untuk mempelajari AI, sementara Duolingo mulai menggantikan kontraktor dengan sistem otomatis.

AI juga punya jejak lingkungan yang besar. Untuk melatih model seperti GPT-3 milik OpenAI, dibutuhkan sekitar 1.287 megawatt jam listrik—cukup untuk memasok daya ke 120 rumah di AS selama setahun.

Pusat data juga memerlukan air dan energi dalam jumlah besar untuk menjaga suhu prosesor.

  Belajar AI Sekarang, Biar Tidak Tertinggal

Meski ada risiko, Cuban tetap menyarankan masyarakat mulai terbiasa menggunakan AI.

“Unduh Gemini dari Google. Unduh ChatGPT. Coba ajukan pertanyaan apa saja,” sarannya.

Namun, ia mengingatkan agar pengguna tidak langsung percaya begitu saja dengan jawaban AI.

“Kalau ada jawaban yang tidak Anda setujui, beri tahu bot-nya. Itu akan membantu meningkatkan performanya,” ujar Cuban.

Menurutnya, penting untuk memahami bahwa AI bukan makhluk hidup.

“Bot itu tidak berpikir. Bot itu tidak cerdas. Tapi ia bisa menemukan informasi dan menyusunnya menjadi sesuatu yang bisa dimengerti orang,” jelas Cuban.